Jumat, 05 Juli 2013

MENGAPA KORUPSI SULIT DIBERANTAS

Apa itu korupsi....?  Korupsi adalah kejahatan yang terorganisir dan melibatkan aparat, rantai kejahatan yang panjang, akibatnya sulit untuk mencari alat bukti guna mengusut atau menuntaskan kasus korupsi. Selain itu, Locus dilicti (tempat dan lokasi kejadian) dalam kasus korupsi terkadang bersifat lintas negara. Apalagi, alat atau sarana kejahatan semakin canggih.
Saat-saat ini kasus korupsi tidak asing lagi bagi kita, apa lagi di Indonesia kita tercinta ini. Kasus korupsi di Indonesia seakan sulit dihentikan. Hampir setiap hari, masyarakat disuguhkan pemberitaan mengenai kasus korupsi.
Mengapa korupsi di Indonesia sulit diberantas:
1.  Kasus korupsi sulit diberantas karena sudah dianggap kebiasaan bagi sebagian orang, apa lagi bagi para pejabat yang dengan sengaja melakukannya.

2.  Kasus korupsi di Indonesia sangat sulit untuk diungkap karena kasus korupsi itu terkadang melibatkan banyak pihak dan berbelit. Seperti Saudara kita Gayus yang sebenarnya bukan hanya dia yang terlibat korupsi tetapi pastinya juga atasan dan rekan-rekannya. Karena seorang Gayus pastinya tidak bisa melakukannya sendirian tanpa campur tangan dari sebagian pihak. Sehingga apa yang terjadi....? pada saat dia mau ditangkap, eh.. malah enak-enakan jalan-jalan keberbagai tempat wisata, walaupun pada akhirnya dia ditangkap juga. Tapi, walaupun dia sudah ditangkap dan difonis penjara, tetaplah korupsi masih berjalan, karena masih ada sebagian pihak yang belum tertangkap. Ditelusuri tapi susah, karena banyaknya yang terlibat, yang disogokan uang bahkan para hakim pun demikian.

3.   Korupsi dilakukan, karena adanya empat unsur, antara lain:

Ø  Niat untuk melakukan
Artinya ada keinginan untuk melakukan hal pencolongan uang atau penyalagunaan uang. Mengapa ada niat untuk melakukannya, karena adanya menginginkan kebutuhan yang serba ada, mewah dan tidak mau susah-susah.

Ø  Kemampuan untuk melakukan
Adanya kemampuan untuk melakukannya, karena sudah pinter. Kepintarannya itu, disalahgunakan dengan melakukan hal-hal yang tidak baik, tidak bermoral dan tidak ada padanya ketuhanan yang maha esa.
Ø  peluang atau kesempatan
karena punya peluang melakukan korupsi maka tanpa pikir panjang mereka melakukannya.
Ø  target yang cocok.
Karena uang yang di percayakan padanya cukup besar, maka ia mengatakan targetku cocok, pas, dan tepat. Inilah kesempatan......

4.  Hukuman Kurang Tegas
Perlu diakui bahwa pemerintah hanya memberikan hukuman ringan kepada koruptor. Jika dibandingkan dengan negara lain, hukuman terhadap koruptor di Indonesia ini tergolong sangat ringan. Di Cina, koruptor akan dipenggal kepalanya. Di Arab Saudi, koruptor mendapatkan hukuman potong tangan sesuai dengan syariat Islam. Tanpa hukuman yang tegas dan berat, tidak ada efek jera. Koruptor pun masih merasa tenang meskipun dijatuhi hukuman penjara. Toh, mereka masih bisa bebas lagi setelah dikeluarkan dari penjara. Jika Indonesia mau menetapkan hukuman yang tegas terhadap koruptor (seperti hukuman mati), kemungkinan besar kasus korupsi akan turun drastis. Dengan hukuman tersebut, calon koruptor tentu akan berpikir seribu kali sebelum melakukan kejahatannya.

5.  Korupsi Dilakukan Secara Sistematis
Tindakan korupsi tidak mungkin bisa terlaksana jika hanya dilakukan sepihak. Seorang koruptor pasti bekerjasama dengan komplotannya untuk mengeruk uang rakyat. Selain itu, korupsi dilakukan di mana saja selama tempat itu mempunyai ‘potensi’ yang bisa dimanfaatkan. Korupsi bisa ditemukan di sekolah, lembaga pemerintahan, dan tempat lainnya. Korupsi bisa dilakukan di mana saja, termasuk di sekolah tempat kita menuntut ilmu. Kesempatan untuk korupsi bisa didapatkan mulai dari saat siswa masuk sekolah sampai kelulusannya. Untuk penerimaan siswa baru, sekolah favorit tidak segan-segan meminta ‘uang sumbangan’ dalam jumlah besar. Orang tua siswa yang memberikan uang lebih besar mempunyai peluang untuk diterima yang lebih besar juga. Jumlahnya bisa mencapai puluhan juta. Bahkan, biaya masuk untuk SMA saja bisa lebih besar daripada perguruan tinggi. Sekolah sendiri mempunyai ‘dalih’ tersendiri untuk menjustifikasi tindakan pemerasan terselubung tersebut.

6.  Adanya Upaya untuk Balas Dendam
Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk menjadi PNS diperlukan uang ‘sogokan’. Tidak semua PNS melakukan tindakan hina ini, tetapi tindakan ini tentu saja mencorong reputasi dan kredibilitas PNS sebagai abdi negara. Seorang calon PNS harus membayar uang sogokan dalam jumlah puluhan sampai ratusan juta rupiah jika ingin jalannya dimudahkan. Jika dibandingkan dengan gaji PNS, jumlah uang sogokan tersebut tentunya jauh lebih besar. Namun, mereka yang benar-benar ingin menjadi PNS secepatnya tidak akan segan-segan untuk mebayar sogokan tersebut. Jika PNS tersebut masuk dengan cara yang tidak benar, hal ini bisa menjadi justifikasi bagi mereka untuk bekerja seenaknya. Toh, mereka sudah bayar mahal untuk menjadi PNS. Gajinya pun tidak sebanding dengan sogokan mereka. Selain itu, uang sogokan tersebut juga bisa menjadi ‘cambuk’ untuk mengambil uang rakyat untuk menutupi kerugian mereka. Jika gaji bulanan tidak bisa menutupi uang sogokan tersebut, uang rakyatlah yang menjadi sasaran.



Bagaimana siasat untuk membrantas kasus korupsi
Strategi follow the money atau menelusuri harta kekayaan dari hasil kejahatan korupsi.
"Manfaat follow the money dalam mencegah dan memerangi kejahatan adalah untuk mendeteksi, represif dan prefentif. Metode ini dilakukan tanpa diketahui oleh pelaku korupsi. Seperti yang di lakukan oleh KPK (Komisi Pemberantas Korupsi).