Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar
mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku
kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan
membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang
pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku
perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif,
untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan
serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati
nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan
Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya
pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling
mendasar yang bisa diambil setiap orang.
2.
Merujuk pada Tujuan Akhir
Segalanya diciptakan dua kali – pertama
secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi,
membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi
serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya
hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental
mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan
tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen
terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah
bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang
individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan
utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya
kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.
3.
Dahulukan yang Utama
Mendahulukan yang utama adalah penciptaan
kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan
melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi
Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak
didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi
memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah
tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.
4.
Berpikir Menang/Menang
Berpikir menang/menang adalah cara berpikir
yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling
menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan
pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan
sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan.
Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau
berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun
keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah
“kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik
dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama
menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan,
pengakuan, dan imbalan.
5.
Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru
Dipahami
Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk
memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi
sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa
ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara
secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami
ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan
terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
6.
Wujudkan Sinergi
Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif
ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik
ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada
dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga
yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara
keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan
(1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar
kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 =
3 atau lebih).
7. Mengasah
Gergaji
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui
diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik,
sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan
kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi
sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan
terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan
memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah
keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi
maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang
merangsang semangat pembaharuan keluarga.