Menurut
Sugiyono (2001: 60) nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi:
a. Sampling
Sistematis
Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling
sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.
Contohnya:
Anggota populasi yang terdiri dari 100 orang.
Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
misalnyakelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampel
adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.
b. Sampling
Kuota
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam
teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum
tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit
sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan.
Contoh:
akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan
secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota
peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel
secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak
20 orang.
c. Sampling
Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Sugiyono, 2001: 60).
Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa
dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti
langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.
Contohnya:
Penelitian tentang pendapat umum mengenai
pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit
sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang
dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.
d. Sampling
Purposive
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004: 128), pemilihan
sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang
dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan
berdasarkan tujuan penelitian.
Contohnya:
Peneliti akan melakukan penelitian tentang
disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang
kepegawaian saja.
e. Sampling
Jenuh
Menurut Sugiyono (2001: 61) sampling jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.
Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball
Sampling
Snowball sampling adalah teknik
penentuan sampel yang mulamula jumlahnya
kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk
dijadikan sampel (Sugiyono, 2001: 61). Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama semakin
besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan
snowball.